Minggu, 12 Maret 2017

Berpikir atau Bernalar, Intuisi dan Naluri (Insting)

BERPIKIR atau BERNALAR
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yang dikehendaki (Achmadi, 1998). Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Surisumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.
Menurut Depdiknas, penalaran adalah “cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis, proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip. Sedangkan, ilmiah berpendapat bahwa penalaran merupakan cara berpikir spesifik untuk menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada.
Menurut Gorys Keraf, penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang menghubungkan fakta-fakta untuk memperoleh kesimpulan yang logis. penalaran tidak hanya dapat dilakukan dengan mempergunakan fakta-fakta yang polos tetapi penalaran juga dapat menggunakan fakta-fakta yang berbentuk pendapat atau kesimpulan.
Berpikir (Penalaran) adalah sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan suatu kesimpulan. Berpikir dilakukan sebelum seseorang menarik kesimpulan dari sebuah gagasan , maupun dalam pengambilan keputusan. Sedangkan bernalar dilakukan setelah proses berpikir itu dilakukan. Ketika sesorang menalarkan sesuatu, maka seseorang tersebut akan mendapatkan sebuah pemikiran dimana pemikiran tersebut adalah sesuatu kesimpulan masalah yang sedang dihadapi. Contoh saja kalau kita sedang berkendara dan terjebak di derasnya hujan, apakah yang akan kita lakukan? Disitulah nalar kita bekerja. Mencari sebuah solusi agar kita bisa terhindar dari derasnya hujan dengan cara memikirkan sesutu yang bisa dipakai untuk berteduh. Tetapi tidak semua berpikir adalah bernalar. Kegiatan berpikir yang bukan bernalar misalnya mengingat-ingat sesuatu dan melamun.
Jenis – jenis berpikir atau bernalar
a.       Penalaran Induktif
Penalaran induktif diartikan sebagai proses berpikir untuk menarik
kesimpulan dari hal-hal spesifik menuju ke hal-hal umum.
b.      Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berdasarkan aturan yang disepakati atau hal-hal umum menuju ke hal-hal spesifik.
c.       Penalaran Matematika
Penalaran dalam tingkat operasional formal yaitu:
-          Penalaran konservasi
Siswa memahami bahwa kuantitas sesuatu itu tidak berubah karena mengalami perubahan bentuk.
-          Penalaran proporsional
Penalaran proporsional adalah aktivitas mental yang mampu memahami relasi perubahan suatu kuantitas terhadap kuantitas yang lain memalui hubungan multiplikatif.
-          Pengontrolan variabel
-          Penalaran probabilistik
Terjadi pada saat seseorang menggunakan informasi untuk memutuskan apakah suatu kesimpulan benar atau tidak.
-          Penalaran koresional
Didefinisikan sebagai pola pikir yang digunakan seorang anak untuk menentukan hubungan timbal balik antarvariabel
-          Penalaran kombinatorial
Kemampuan untuk mempertimbangkan seluruh alternatif yang mungkin pada suatu situasi tertentu
d.      Penalaran Proporsional
Penalaran proporsional adalah penalaran tentang pemahaman keserupaan struktur dua relasi dalam masalah proporsional.
e.       Berpikir alamiah
Adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya , misal; penalaran tentang panasnya api yang dapat membakar jika dikenakan kayu pasti kayu tersebut akan terbakar.
f.       Berpikir ilmiah
Adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat, misal; dua hal yang bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat hal tertentu pada saat yang sama dalam satu kesatuan.
g.      Berpikir autistik
Contoh berpikir autistik anatara lain adalah mengkhayal, fantasi, atau wishful thinking. Dengan berpikir autistik seseorang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis
h.      Berpikir realistik
Berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata, biasanya disebut dengan nalar (reasoning). Floyd L. Ruch (1967) menyebutkan ada tiga macam berpikir realistik, antara lain:
1)      Berpikir Deduktif
Deduktif merupakan sifat deduksi. Kata deduksi dari kata Latin deducere (de berarti “dari”, dan kata ducere berarti ‘mengantar’,’memimpin’). Dengan demikian, kata deduksi yang diturunkan dari kata itu berarti ‘mengantar dari satu hal ke hal lain. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi merupakan proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk kesimpulan (Keraf, 1994:57)
Macam-macam berpikir (penalaran) deduktif diantaranya :
v Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contoh : Semua manusia akan mati Amin adalah manusia Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan)
v Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah samasama diketahui.
Contoh :
- Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
- Pada malam hari tidak ada matahari
- Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
2)      Berpikir Induktif
Induktif artinya bersifat induksi. Induksi adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomenafenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke proses penalaran induktif, proses penalaran itu juga disebut sebagai corak berpikir ilmiah. Namun, induksi tidak akan banyak manfaatnya jika tidak diikuti oleh proses berpikir deduksi. Berpikir induktif ialah menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian (data) yang ada di sekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Proses berpikirnya adalah sintesis. Tingkatan berpikirnya adalah induktif. Jadi jelas, pemikiran semacam ini mendekatkan manusia pada ilmu pengetahuan. Tepat atau tidaknya kesimpulan (cara berpikir) yang diambil secara induktif ini terutama bergantung pada representatif atau tidaknya sampel yang diambil, yang mewakili fenomena keseluruhan. Makin besar jumlah sampel yang diambil, makin representatif dan makin besar taraf validitas dari kesimpulan itu, demikian juga sebaliknya. Taraf validitas kebenaran kesimpulan itu masih ditentukan pula oleh obyektivitas dari si pengamat dan homogenitas dari fenomena-fenomena yang diselidiki (Purwanto, 1998:47-48).
Contoh penalaran induktif :
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Babi berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kesimpulan : semua hewan berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Macam – macam penalaran induktif
v  Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diminati. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh :
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara makhluk hidup akan hidup.
v  Analogi
Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang dimbil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Contoh :
Nina adalah lulusan Universitas Gunadarma
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
3)    Berpikir evaluatif
Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu (Rakhmat, 1994). Perlu diingat bahwa jalannya berpikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai macam faktor. Suatu masalah yang sama mungkun menimbulkan pemecahan yang berbeda-beda pula. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya berpikir itu antara lain, yaitu bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah tersebut, situasi yang tengah dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman-pengalaman orang tersebut, serta bagaimana intelegensi orang itu.
Selain jenis-jenis berpikir yang telah disebutkan di atas, masih ada pendapat lain dari beberapa ahli.
a.       Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis berpikir, yaitu;
► Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi.
►Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah.
b.      Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu :
► Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu.
► Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.
► Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.
►Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar kemiripannya
► Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
► Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.
c.       Menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan dua tipe berpikir, sebagai berikut:
► Berpikir vertikal, (berpikir konvergen) yaitu tipe berpikir tradisional dan generatif yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.
► Berpikir pendek Berpikir lateral (berpikir divergen) yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.
d.      Menurut Evans (1991)
      Berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (conections) yang terus menerus (kontinu), sehingga ditemukan kombinasi yang “benar” atau sampai seseorang itu menyerah.

INTUISI
Intuisi adalah daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; gerak hati (KBBI)
Secara umum, intuisi yang kita kenal adalah “perasaan” (gut feeling) yang menuntun kita mengambil keputusan tanpa proses rasionalisasi yang rumit. Ternyata pendapat para ahli tentang intuisi juga tidak terlalu berbeda jauh.
Lynn B Robinson dalam artikelnya “Intution in Business” yang muncul di The Harbinger (Nov 17,1998) mengatakan, salah satu definisi intuisi adalah tindakan atau pengetahuan yang tidak melalui proses rasionalisasi. Ia juga menyebutkan intuisi sebagai kemampuan untuk menebak secara akurat.
Gary Zukav, penulis The Dancing Wu Li Maters, An Overview Of the New Physics dan Seats of Soul, mendefinisikan intuisi sebagai pedoman nonfisik yang mengarahkan kita untuk mencapai tujuan  hidup kita. Intuisi bisa datang dalam berbagai bentuk, antara lain melalui visualisasi dalam otak kita, atau ide yang membuat kita berteriak “aha”, atau melalui perubahan fisik (perubahan energi, rasa, pengalaman).
Dalam kamus online Wikipedia, intuisi diartikan sebagai kemampuan untuuk memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sedangkan menurut Nasution, intuisi adalah kemampuan mental untuk menemukan hipotesis pemecahan masalah tanpa melalui langkah-langkah analisis.
Sementara itu dalam Merriam Webster’s Collegiate Dictionary, intuisi diartikan sebagai pemahaman segera atau kognisi segera (immediate apprehension or cognition)

CONTOH INTUISI
1.      Immediate apprehension/ direct knowing/ innate knowing
Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku. Ternyata,di dalam buku itu ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun.
2.      The unconscious mind
Seorang sopir kendaraan yang mengetahui sesuatu tentang kendaraannya di jalan secaraotomatik tanpa proses menemukan fakta logis lebih dahulu, misalnya mengukur besar-kecilnya atau harus ke kanan atau kiri.
3.      Heart intelligence
Misalnya, merasa bahwa ia harus pergi ke sebuah tempat, ternyata di sana ia menemukan penemuan besar yang mampu mengubah hidupnya.Mengikuti kata hati ketika tiba-tiba seseorang tidak jadi berangkat ke luar kota naik pesawat, dan ternyata pesawat yang ia tumpangi beberapa jam kemudian mengalami kecelakaan.
4.      Direct perception
Misalnya, seseorang merasa akan mendapatkan telepon dari seorang sahabat karibnya,dan ternyata beberapa menit kemudian ia mendapatkan teleponnya berdering dan kabar  baiknya telepon itu ternyata dari sahabat karib yang ia tunggu-tunggu dari tadi.
5.      Knowledge by acquaintanceBerdasarkan pengalaman yang pernah dialami oleh seorang penanam saham, ia harus memutuskan apakah perusahaan “X” merupakan investasi yang menguntungkan dalam jangka panjang? Nah dari pengalaman-pengalaman sebelumnya ia menanam saham di beberapa perusahaan,semestinya dia tahu keuntungan dan kerugiannya, sehingga selain menggunakan analisa berpikir dan penalaran, maka dia juga menggunakan intuisi untuk memutuskan apakah sebaiknya ia berinvestasi di perusahaan “X” atau tidak.

NALURI (INSTING)
Naluri atau insting adalah pembawaan alami yang tidak disadari atau tidak perlu dipelajari karena memang sudah bawaan (fitrah atau kodrat) dari Sang Pencipta, yang mendorong untuk berbuat sesuatu, dan terdapat pada semua jenis makhluk hidup, baik itu hewan maupun manusia. Biasanya kata naluri digunakan untuk menunjukkan sesuatu berupa pembawaan khas suatu makhluk atau berupa kasih sayang induk pada anaknya, tetapi kata insting lebih sering dipakai untuk menunjuk kemampuan khusus tertentu pada hewan atau manusia.
Contoh :
-          Naluri keibuan ataupun naluri kebapakan akan muncul dengan sendirinya.
-          Secara naluri seorang ibu pasti memiliki kasih sayang dan ikatan batin dengan anaknya.
-          Sepasang suami-istri secara naluri pasti akan melakukan hubungan badan meski mereka tidak pernah mempelajarinya.
-          Secara naluri laki-laki tertarik dengan perempuan, begitu pula sebaliknya.
-          Secara naluri induk ayam akan melindungi anaknya.
-          Secara naluri laki-laki memiliki sifat maskulin, sedangkan perempuan memiliki sifat feminim.
-          Anjing pelacak polisi memiliki insting yang sangat tajam dalam mencari sesuatu.
-          Pada diri manusia ada insting hewani yang harus dikendalikan dengan benar.
Dalam psikoanalisis, naluri dianggap sebagai tenaga psikis bawah sadar yang dibagi atas naluri kehidupan (eros) dan naluri kematian (thanos).
a.       Insting Hidup (Life Instinct)
Insting hidup disebut juga Eros adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti lapar, haus dan seks. Bentuk energi yang dipakai oleh insting hidup itu disebut “libido”. Insting seksual yang dikemukakan Sigmund Freud  bukan hanya untuk satu insting saja, melainkan sekumpulan insting-insting, karena ada bermacam-macam kebutuhan jasmaniah yang menimbukan keinginan-keinginan erotis.
b.      Insting Mati (Death Instinct)
Insting mati disebut juga Thanos atau insting-insting merusak (destruktif). Kenyataanya bahwa tiap orang itu pada akhirnya akan mati. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa “Tujuan semua orang hidup adalah mati” (1920). Suatu derivatif insting mati yang terpenting adalah dorongan agresif. Sifat agresif adalah pengrusakan diri yang diubah dengan obyek subtitusi.
Insting hidup dan insting mati dapat saling bercampur, saling menetralkan. Makan misalnya merupakan campuran dorongan makan dan dorongan destruktif, yang dapat dipuaskan dengan menggigit, mengunyah dan menelan makanan.

1 komentar:

  1. The best is titanium a metal - The Tetris Wiki
    Iron, a metal with a 2017 ford fusion energi titanium similar shape to the one found on the Sega Genesis, babyliss pro nano titanium curling iron Metal titanium money clip is actually called the black titanium rings gold. is titanium lighter than aluminum It has a red and purple

    BalasHapus